Metode MFEP dan
AHP Dalam pengambilan keputusan tidak jarang ditemukan banyak faktor yang
menjadi pertimbangan, sehingga menyulitkan untuk mengambil suatu keputusan yang
terbaik. Pada keputusan yang hanya melibatkan sedikit faktor di dalamnya, maka
keputusan dapat diambil secara intuitif (yang mendasarkan pertimbangannya pada
pikiran atau pendapat yang keluar secara spontan dari seseorang). Namun pada
pengambilan keputusan yang banyak melibatkan faktor, maka perlu digunakan suatu
metode tertentu. Misalnya keputusan didalam menentukan strategi promosi
perguruan tinggi, didalamnya terdapat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
sebelum melakukan promosi. Faktor-faktor tersebut perlu diketahui kontribusinya
terhadap strategi promosi, sehingga strategi promosi yang akan dilakukan dapat
tepat mengenai sasaran. Pada contoh yang lebih sederhana adalah ketika
seseorang akan memutuskan untuk naik angkutan umum, didalamnya ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya faktor keamanan, faktor kepadatan
penumpang, ongkos dan faktor kemacetan. Orang yang lebih mementingkan keamanan,
akan segera memilih angkutan umum yang secara fisik terlihat baik apakah itu
padat atau melalui jalur macet. Namun ketika orang lebih memilih sebagai
prioritasnya adalah kepadatan penumpang, maka mobil yang kondisi fisiknya
bagaimana pun dan jalur macet pun akan memilih angkutan umum yang kosong. Atau
diantara penumpang ada yang mensyaratkan kondisi tertentu, misalnya angkutan
umum yang aman, tidak penuh dan tidak melalui jalur macet. Dengan banyaknya
faktor (Multifactors) dalam pengambilan keputusan khususnya keputusan
strategis, maka penggunaan metode-metode kuantitatif yang tepat akan sangat
dibutuhkan. Diantara metode tersebut adalah MultiFactor Evaluation Process
(MFEP) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). MultiFactor Evaluation Process
(MFEP) Dalam metode MFEP ini pengambilan keputusan dilakukan dengan memberikan
pertimbangan subyektif dan intuitif terhadap Faktor yang dianggap penting.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa pemberian bobot (weighting system)
atas multifactor yang terlibat dan dianggap penting tersebut. Langkah dalam
metode MFEP ini yang pertama adalah menentukan faktor-faktor yang dianggap
penting, yang selanjutnya membandingkan faktor-faktor tersebut sehingga
diperoleh urutan faktor berdasarkan kepentingannya dari yang terpenting, kedua
terpenting dan seterusnya. Sebagai contoh akan diketengahkan pengambilan
keputusan terhadap pilihan calon penumpang terhadap angkutan umum Bis, atau
angkutan kota atau ojek. Faktor yang dianggap penting dalam pemilihan angkutan
umum ini adalah Keamanan, kepadatan, ongkos dan jalur macet. Selanjutnya
masing-masing faktor tersebut diberikan bobot sebagaimana pada Table 1.
Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode pengambilan keputusan dengan AHP
pertama kali dikembangkan pada tahun 1980, oleh Thomas L. Saaty dalam bukunya
Analytic Hierarchy Process. AHP itu sendiri adalah merupakan proses dalam
pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (Pairwise
Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi
multi faktor. Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang akan
diambil melibatkan banyak faktor, dimana pengambil keputusan mengalami
kesulitan dalam membuat bobot setiap faktor tersebut. Metode AHP menguji
konsistensi anggapan terhadap suatu alternative dalam pengambilan keputusan,
sehingga ketika ditemukan ketidakkonsistenan dalam memberikan anggapan atau
bobot maka perlu dilakukan reevaluasi, terhadap bobot-bobot yang diberikan kepada
setiap faktor. Untuk itu pada kondisi dimana terdapat kesulitan, baik metode
MFEP maupun metode AHP, maka diperlukan asistensi dari para pakar dalam
menentukan bobot suatu faktor. Tahap pertama metode AHP ini adalah pengambil
keputusan membuat urutan-urutan dalam pengambilan keputusan. Urutan-urutan ini
menunjukan faktor yang dipertimbangkan sebagai alternative-alternatif dalam
pengambilan keputusan. Tahap berikutnya digunakan perbandingan berpasangan,
yang akan menghasilkan faktor bobot (weigth Factor) dan Faktor evaluasi
(Evaluation Factor). Alternatif yang memiliki total weight score tertinggi
adalah alternatif yang dipilih. Faktor-faktor tersebut akan dibandingkan secara
berpasangan dengan menggunakan skala berdasarkan urutan nilai dari status sama,
diperkirakan aa sedikit lebihbaik, sampai makin besar lebih baik, nyaris lebih
baik, hingga pasti lebih baik, sebagai berikut : 1—Equally 2—Barely better
3—Weakly better 4—Moderately better 5—Definitely better 6—Strongly better
7—Very strongly better 8—Critically better 9—Absolutely better Berikutnya
dengan menggunakan software criterium decisionplus, masing-masing faktor
tersebut akan memperoleh priority, dimana priority terbesar adalah yang
dipilih, dengan catatan, consistensi rasio lebih kecil dari 0.10. Bila terjadi
konsistensi indeks lebih besar dari 0.10 maka perlu dilakukan evaluasi ulang
terhadap bobot masing-masing faktor tersebut. Consistency Ratio yang lebih
besar dari 0.10 menunjukan preferensi yang tidak konsisten dari pengambil
keputusan. Hubungan faktor-faktor dengan alternaifnya terlihat pada gambar 2,
yang menunjukan bagaiman pemilihan stasiun TV dilakukan dengan memperhatikan
kriteria faktor-faktor biaya, jangkauan siaran TV, manajemen stasiun TV dan
teknologi stasiun TV, yang masing-masing ditetapkan untuk PT A, PT B, PT C dan
PT. D yang akan dipilih. Pada tahap berikutnya masing-masing faktor diberikan
bobot sebagaimana pada tabel 6, 7, 8 dan 9. Bobot tersebut terlebih dahulu
merubah modelnya menjadi AHP. Kontribusi skor dari masing-masing faktor
terhadap pemilihan stasiun TV terlihat pada Tabel 10, yang total skor untuk
masing-masing stasiun TV dapat dilihat pada gambar 4. Dalam Tabel 10 kriteria
yang dimiliki oleh PT. A, terlihat lebih baik dibandingkan dengan stasiun TV
lain. Kesimpulan 1. Penggunaan Metode AHP memungkinkan pengambil keputusan
dapat melihat keunggulan-keunggulan dari masing-masing alternatif pada kriteria
tertentu, sehingga alternatif yang memiliki skor terbesar merupakan pilihan
terbaik. 2. Dalam pemberian bobot untuk setiap faktor atau kriteria, diperlukan
konsistensi sehingga ketika ditemukan Consistency ratio yang lebih besar dari
0.10, maka perlu dilakukan reevaluasi terhadap faktor-faktor tersebut. 3. AHP
dapat digunakan ketika faktor-faktor yang mempengaruhi relatif cukup banyak,
sehingga penilaian terhadap satu faktor terhadap alternatifnya membutuhkan
konsistensi untuk mendapatkan pilihan terbaik. 4. Dalam pemberian bobot
memerlukan data atau informasi yang akurat, untuk itu dapat dilakukan fogus
group antara unsur terkait dalam pengambilan keputusan, sehingga bobot yang
diberikan terhadap suatu faktor dapat lebih tepat. 5. Selain menggunakan
software Criterium Decisionplus, metode AHP, juga dapat dilakukan dengan
menggunakan microsoft excel. DAFTAR PUSTAKA Agus Hidayat & Gatot
Prabantoro,”Memilih Vendor Pengembang Sistem Informasi Manajemen Menggunakan
Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pengembangan Sistem Informasi
Akademik STIE Indonesia)”, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi di UII
Jogjakarta, 19 Juni 2004. John R. Grandzol, Bloomsburg University of
Pennsylvania, “Improving the Faculty Selection Process in Higher Education: A
Case for the Analytic Hierarchy Process” Professional Development,
Informational Resources & Networking IR Applications Volume 6, August 24,
2005 Nurhayati Ma’mun, MSc, “Penerapan metode AHP, Penentuan posisi sekolah
dalam lingkup Universitas BHMN”,Business Review MBA-ITB, Vol.2.no.2.2007. Siti
Latifah, Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process, Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Univresitas Sumatera Utara, e-USU Reposritory 2005
Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar