Sistem Pendukung Keputusan
A. Pengertian Sistem Pendukung
Keputusan (Decision Support System)
DSS
merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, DSS merupakan
sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan
pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan
dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi tidak terstruktur, di mana tak
seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter,
2002).
Menurut
Dadan Umar Daihani (2001:54), konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S.Scott Morton yang
menjelaskan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem yang berbasis
computer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan
data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak
terstruktur.
Selain
itu Efraim Turban mengemukakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan merupakan
sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan
manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur.
Dari
beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan
adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi
struktur dan tidak terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas untuk
menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif dapat digunakan oleh
pemakai. Sistem ini berbasis komputer yang dirancang untuk meningkatkan
efektivitas pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah yang bersifat semi
terstruktur dan tidak terstruktur. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci,
karena hampir tidak mungkin membangun SPK tanpa memanfaatkan komputer sebagai
alat Bantu, terutama untuk menyimpan data serta mengelola model.
B. Tujuan Sistem Pendukung
Keputusan
Tujuan
dari SPK adalah (Turban, 2005) :
·
Membantu manajer dalam pengambilan
keputusan atas masalah semi terstruktur.
·
Memberikan dukungan atas
pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi
manajer.
·
Meningkatkan efektivitas keputusan
yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.
·
Kecepatan komputasi. Komputer
memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara
cepat dengan biaya yang rendah.
·
Peningkatan produktivitas. Membangun
satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal.
Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan
para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat
biaya perjalanan).
·
Dukungan kualitas. Komputer bisa
meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak
data yang diakses, semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga
alternatif yang bisa dievaluasi.
·
Berdaya
saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan
menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit.
·
Mengatasi keterbatasan kognitif
dalam memproses dan penyimpanan.
C. Karakteristik Sistem
Pendukung Keputusan
Turban
(2005) mengemukakan karakteristik dan kapabilitas kunci dari Sistem Pendukung
Keputusan adalah sebagai berikut :
1.
Dukungan untuk pengambil keputusan,
terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur.
2.
Dukungan untuk semua level
manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.
3.
Dukungan untuk individu dan
kelompok.
4.
Dukungan untuk semua keputusan
independen dan atau sekuensial.
5.
Dukungan di semua fase proses
pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi.
6.
Dukungan pada berbagai proses dan
gaya pengambilan keputusan.
7.
Kemampuan sistem beradaptasi dengan
cepat dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada
saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap
kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.
8.
Pengguna merasa seperti di
rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat, dan sebuah
bahasa interaktif yang alami.
9.
Peningkatan terhadap keefektifan
pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) dari pada
efisiensi (biaya).
10.
Pengambil keputusan mengontrol penuh
semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah.
11.
Pengguna akhir dapat mengembangkan
dan memodifikasi sistem sederhana.
12.
Menggunakan model-model dalam
penganalisisan situasi pengambilan keputusan.
13.
Disediakannya akses untuk berbagai
sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografi (GIS)
sampai sistem berorientasi objek.
14.
Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang
digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau
didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi
sepanjang rantai persediaan.
D. Komponen-Komponen Sistem
Pendukung Keputusan
Menurut
Turban (2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat subsistem, yaitu:
1.
Manajemen Data, meliputi basis data
yang berisi data-data yang relevan dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat
lunak yang disebut dengan Database Management System (DBMS).
2.
Manajemen Model berupa sebuah paket
perangkat lunak yang berisi model-model finansial, statistik, management
science, atau model kuantitatif, yang menyediakan kemampuan analisa dan
perangkat lunak manajemen yang sesuai.
3.
Subsistem Dialog atau komunikasi,
merupakan subsistem yang dipakai oleh user untuk berkomunikasi
dan memberi perintah (menyediakan user interface).
4.
Manajemen Knowledge yang
mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri.
E. Macam – Macam Metode Sistem
Pendukung Keputusan
Metode sistem pendukung keputusan
sangatlah beragam, beberapa metode yang sering digunakan antara lain :
·
Metode Sistem Pakar
·
Metode Regresi Linier
·
Metode
Logika Fuzzy
·
Metode B/C Ratio
·
Metode AHP
·
Metode IRR
·
Metode NPV
·
Metode FMADM, dan lain sebagainya.
Metode
AHP (Analytic Hierarchy Process)
A. Pengertian AHP ( Analitycal
Hierarchy Process )
AHP
merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty,
hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak
lebih terstruktur dan sistematis.
AHP
sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang
lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
·
Struktur yang berhirarki, sebagai
konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling
dalam.
·
Memperhitungkan validitas sampai
dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang
dipilih oleh pengambil keputusan.
·
Memperhitungkan daya tahan output
analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
B. Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP
pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya.
Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
·
Kesatuan (Unity) ; AHP membuat
permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel
dan mudah dipahami.
·
Kompleksitas (Complexity); AHP
memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
·
Saling ketergantungan (Inter
Dependence); AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas
dan tidak memerlukan hubungan linier.
·
Struktur Hirarki (Hierarchy
Structuring); AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan
elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi
elemen yang serupa.
·
Pengukuran (Measurement); AHP
menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
·
Konsistensi (Consistency); AHP
mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
·
Sintesis (Synthesis); AHP mengarah
pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing
alternatif.
·
Trade Off; AHP mempertimbangkan
prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih
altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
·
Penilaian dan Konsensus (Judgement
and Consensus); AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi
menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
·
Pengulangan Proses (Process
Repetition); AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu
permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui
proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP
adalah sebagai berikut:
- Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
- Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
C. Tahapan AHP
Dalam metode AHP dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :
1.
Mendefinisikan
masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam
tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara
jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan
solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin
berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih
lanjut dalam tahap berikutnya.
2.
Membuat
struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan
disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang
cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3.
Membuat
matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di
atasnya. Matriks yang digunakan bersifat
sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan
informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin
dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam
prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan
judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan
berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K
dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan
misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4.
Melakukan
Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan. Hasil
perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang
menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen
dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan
diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan
intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang
bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan
berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di
bawah. Intensitas Kepentingan:
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada elemen yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting
daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak
penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan
terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen
lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua
nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada
dua kompromi di antara 2 pilihan
Kebalikan = Jika untuk aktivitas i
mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai
kebalikannya dibanding dengan i.
5.
Menghitung
nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika
tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6.
Mengulangi
langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7.
Menghitung
vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan
bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap
kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai
dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan
rata-rata.
8.
Memeriksa
konsistensi hirarki. Yang
diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi.
Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan
keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna,
rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.
Apabila
suatu permasalahan pengambilan keputusan ingin diselesaikan dengan metode AHP,
permasalahan tersebut perlu dimodelkan sebagai tiga hirarki umum, yakni tujuan,
kriteria (termasuk sub-kriteria di bawahnya), dan alternatif.
Sebagai
contoh, misalnya seorang manajer dihadapkan permasalahan untuk memilih armada
logistik yang paling sesuai. Permasalahan ini dapat dimodelkan seperti model
hirarki AHP di bawah ini.
Dalam model di atas, terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. dan level di bawahnya merupakan level kriteria dan sub-kriteria. Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang akan dipertimbangkan untuk dipilih.
Dalam model di atas, terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. dan level di bawahnya merupakan level kriteria dan sub-kriteria. Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang akan dipertimbangkan untuk dipilih.
D. Prinsip Dasar dan Aksioma
AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar
yaitu:
1.
Dekomposisi. Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi
menjadi bagian bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum
sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan
tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan
dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak
kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang
terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen,
di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang
hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan
terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2.
Perbandingan
penilaian/pertimbangan (comparative judgments). Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan
berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala
kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang
berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan
akan menghasilkan prioritas.
3.
Sintesa
Prioritas.Sintesa prioritas dilakukan dengan
mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level
atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria.
Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level
terendah sesuai dengan kriterianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar